PATI, Pojokutara.com – Musim penghujan masih menjadi momok bagi masyarakat di Kabupaten Pati. Kawasan lahan kritis yang terjadi alih-alih fungsi lahan sering menjadi langganan banjir.
Berdasarkan penelitian terakhir Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah, lahan kritis di Pati mencapai 16,9 ribu hektar. Bahkan, belasan ribu hektar lahan tersebut di antaranya masuk kategori sangat kritis.
Pada musim penghujan ini, wilayah yang sering dilanda banjir banjir yaitu Pati bagian utara. Hal itu bisa dilihat dari penanganan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pati akhir-akhir ini.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya, wilayah yang menjadi langganan banjir terjadi beberapa faktor. Faktor yang paling berpengaruh yakni adanya lahan kritis di sebagian lahan di Pegunungan Muria Pati.
”Kalau kita runtut, ini terjadi karena beralihnya fungsi hutan lindung menjadi tanaman semusim, padi, ketela dan sebagianya. Akibatnya, diambil dan dirasakan oleh masyarakat Pati sebelah utara,” ujar Martinus.
Ia menyebut, beralihnya kawasan hutan menjadi tanaman semusim ini membuat penyerapan air hujan di tanah tidak maksimal. Selain itu, hujan air juga membawa tanah ke daerah yang berada di bawahnya.
”Udara yang turun membawa tanah sehingga sungai-sungai di wilayah utara cepat terjadi sedimentasi. Saat terjadi hujan deras dan lama, sungai tidak mampu mengalirkan udara dengan baik karena sedimentasi itu, sehingga terjadi banjir,” paparnya.
Untuk mengatasi lahan kritis, diperlukan waktu yang lama. Reboisasi dan normalisasi sungai, lanjut dia, menjadi program jangka panjang yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Agar wilayah yang sering dilanda banjir ketika hujan turun, masyarakat hanya bisa melakukan pencegahan dengan segala hal kecil saja yakni tidak membuang sampah sembarangan.