Kecewa Anggaran Cabor Biliar Tak Sesuai Ekspektasi 

 

PATI, Pojokutara.com – Ketua Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kabupaten Pati, Endro Edy Yulianto, mengeluarkan kekecewaannya lantaran dana hibah pembinaan yang diterima jauh dari ekspektasi.

Endro mengaku kecewa setelah dana hibah yang diterima POBSI Pati tahun anggaran 2024 ini hanya Rp 15 juta. Menurutnya, anggaran tersebut jauh dari kata memadai untuk melakukan pembinaan selama satu tahun.

“Memang untuk tahun anggaran ini, POBSI Pati dapat anggaran hibah untuk pembinaan cabor besarnya Rp 15 juta. Kami anggap itu jauh dari ekspektasi, kurang untuk pembinaan selama satu tahun,” ujarnya saat dikonfirmasi Kamis (2/4).

Ia tidak mempermasalahkan jika tahun sebelumnya POBSI menerima anggaran minim. Hal itu masih dimaklumi lantaran harus menunjukkan prestasi terlebih dahulu untuk mendapat perhatian lebih.

“Di Porprov 2023, kami alhamdulillah dapat delapan medali, yaitu satu emas, satu perak, dan enam perunggu. Bagi kami itu sangat menggembirakan. Apalagi POBSI Pati baru pertama kali ikut ajang Porprov,” ucap dia.

Dengan peningkatan prestasi yang diraih POBSI dalam ajang Porprov tahun lalu, Endro merasa heran dengan parameter yang digunakan untuk menentukan besaran dana hibah. Padahal, cabor lain yang prestasinya tidak sebaik biliar, mendapat jatah anggaran pembinaan jauh lebih besar.

“Anggaran Rp 15 juta itu sangat jauh, sangat minim untuk bisa berprestasi lagi di ajang selanjutnya. Kemarin di proposal kami usulkan hampir Rp 100 juta. Itu tidak terlalu muluk karena cabor lain juga banyak yang di kisaran itu,” ujar dia.

Dikatakan, pengeluaran yang digunakan untuk membiayai latihan selama satu tahun membutuhkan ongkos cukup besar. Jika dihitung, ongkos sewa meja biliar per jam di Pati mencapai Rp 35 ribu. Jika dibandingkan dengan angka sekitar Rp 100 juta untuk pembinaan selama satu tahun dia anggap tidak berlebihan.

“Kami hanya mengharap dinas dan institusi terkait bisa memikirkan untuk bisa menambah (anggaran pembinaan). Karena kami bingung parameter apa yang dipakai untuk menentukan besaran anggaran pembinaan. Dari data yang saya baca, ada tiga cabor peraih medali emas yang justru dapat anggaran paling minim,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pati Mustamaji menyatakan turut prihatin atas apa yang dialami para atlet itu. Pihaknya tak bisa berbuat banyak.

Ia menyebut, persoalan hibah tahun ini terkendala lantaran minimnya anggaran dari pemerintah setempat. Sehingga belum bisa mengkover usulan dari cabor.

”Itu kewenangan dinas. Kami tak bisa berbuat apa-apa. Kami prihatin karena cabor sudah berprestasi ternyata apresiasinya seperti itu,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *