Kang Sukijan Dari Masjid Al Ilham Pati, Marbot Masjid Terlama se-Indonesia

Pojokutara.com, Pati – Kang Sukijan, marbot Masjid Jami’ Al Ilham Bakalan Dukuhseti Pati ditetapkan sebagai Marbot Terlama se-Indonesia oleh Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU). Pengabdian Kang Sukijan selama 56 tahun sebagai marbot merupakan contoh nyata kesabaran dan dedikasi dalam menjalankan tugas sebagai abdi masjid.

Kang Sukijan yang lahir pada tahun 1954 mulai menjadi marbot saat usianya masih 15 tahun, pada tahun 1969, saat Ketua Takmir masih dijabat oleh Mbah Kiai Juremi Nasuha, mertua dari KH Umar Farouq, Ketua Takmir Masjid Al Ilham. Dengan demikian, pengabdian kepada masjid yang telah dijalani Kang Sukijan setidaknya selama 56 tahun.

Bacaan Lainnya

Masjid Jami’ Al Ilham sendiri berdiri pada Rabo Pon, pangreman Syawal 1379 H, bertepatan dengan 27 April 1940 M, atau 1891 tahun Aboge. Berdiri di atas tanah pekarangan yang diwakafkan oleh Mbah Suro Sakiman, Kang Sukijan merupakan salah satu cucu langsung dari wakif. Disamping berniat ikut merawat rumah Tuhan, hubungan emosional sebagai cucu itu demikian dominan menjadi spirit yang membuat Kang Sukijan bertahan menjadi marbot selama itu.

KH Umar Farouq, sebagai Ketua Takmir Masjid yang terlibat aktif di Masjid Al Ilham sejak 2005 sampai saat ini sebagai Ketua Pengurus Yayasan Masjid Al Ilham, berkisah pengalamannya selama kurang lebih 20 tahun berinteraksi dengan Kang Sukijan. Menurutnya, bertahan selama 56 tahun sebagai marbot tentu sulit ditemukan padanannya. Ada banyak kendala yang berpotensi menghambat seperti: ajal, kesehatan, kesejahteraan, konflik, dan kualifikasi. Namun, Kang Sukijan sangat jarang sakit, dan jika hanya sakit ringan, misalnya demam, dia masih memaksakan diri melaksanakan tugas terutama menabuh bedhug dan mengumandangkan adzan.

Konflik di lingkungan masjid Al Ilham memang tidak nihil, tapi karena setiap pihak yang terlibat konflik bisa menahan diri dan tidak mengekspresikannya secara terbuka, maka konflik masih terkendali, dan tentu tidak sampai berakibat marbot menjadi tersingkir. Kualifikasi Kang Sukijan sebagai marbot memang tidak sempurna, baik dari pengetahuan fiqh ibadah, fiqh masjid, skill adzan, memimpin peribadatan, maupun ketekunan kinerja, tapi hal-hal tersebut tidak menjamin keistiqamahan seorang marbot, sebagaimana telah dibuktikan oleh Kang Sukijan selama ini.

Menjadi marbot terutama dalam fungsi mengumandangkan adzan salat fardhu lima sehari semalam, secara tepat waktu, selama sepanjang masa, menyalakan dan mematikan lampu pada waktunya, membersihkan ini-itu, dan menyiapkan segala peralatan saat dibutuhkan, semua itu sama sekali bukan amanat yang ringan. Mengingat tanggung jawab yang berat itu, Kang Sukijan hampir tidak pernah pergi keluar desa, apalagi keluar kota, hanya sekali atau dua kali saja dia ijin keluar kota untuk mendatangi keluarga yang punya hajat.

Hidupnya istiqamah ‘menghidupkan’ masjid selama sekian lama itu adalah pengabdian luar biasa. Saat ada udzur, Kang Sukijan meminta salah seorang keponakan laki-lakinya untuk mengg

**Kang Sukijan, Marbot Masjid Terlama se-Indonesia, Ditetapkan sebagai Marbot Terlama Tingkat Nasional oleh LTM PBNU**

Bakalan, Dukuhseti, Pati – Kang Sukijan, seorang marbot (penjaga masjid) di Masjid Jami’ Al Ilham, Bakalan, Dukuhseti, Pati, resmi dinobatkan sebagai Marbot Terlama Tingkat Nasional oleh Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU). Penghargaan ini diberikan dalam ajang “Terima Kasih Marbot 2024” yang diselenggarakan pada 17 Februari 2025. Kang Sukijan, yang telah mengabdi selama 56 tahun, menempati urutan pertama dalam kategori Marbot Terlama se-Indonesia.

Lahir pada tahun 1954, Kang Sukijan yang kini berusia 71 tahun, memulai pengabdiannya sebagai marbot sejak usia 15 tahun pada tahun 1969. Saat itu, Ketua Takmir Masjid Jami’ Al Ilham masih dijabat oleh Mbah Kiai Juremi Nasuha, mertua dari penulis berita ini. Dengan pengabdiannya yang telah mencapai 56 tahun, Kang Sukijan menjadi sosok yang langka dan patut diacungi jempol.

Masjid Jami’ Al Ilham sendiri berdiri pada Rabu Pon, pangreman Syawal 1379 H atau 27 April 1940 M. Masjid ini dibangun di atas tanah wakaf dari Mbah Suro Sakiman, yang merupakan kakek buyut Kang Sukijan. Hubungan emosional sebagai cucu dari si wakif menjadi salah satu alasan kuat yang membuat Kang Sukijan bertahan dalam pengabdiannya sebagai marbot.

KH Umar Farouq, Ketua Takmir Masjid Al Ilham yang aktif sejak 2005, menceritakan pengalamannya selama 20 tahun berinteraksi dengan Kang Sukijan. Menurutnya, bertahan selama 56 tahun sebagai marbot bukanlah hal mudah. Ada banyak tantangan yang dihadapi, seperti masalah kesehatan, kesejahteraan, konflik internal, dan kualifikasi. Namun, Kang Sukijan telah membuktikan keteguhan hatinya.

“Kang Sukijan sangat jarang sakit. Bahkan saat demam, dia masih memaksakan diri untuk menabuh bedug dan mengumandangkan adzan,” ujar KH Umar Farouq. Meskipun bisyarah (imbalan) yang diberikan masjid kepadanya tidak besar, Kang Sukijan tetap memilih untuk bertahan sebagai marbot. “Saya pernah menawarkan dua opsi: bertahan dengan bisyarah yang minim atau mundur. Dia memilih opsi pertama dengan mantap,” tambahnya.

Konflik di lingkungan masjid memang pernah terjadi, namun selalu bisa dikendalikan. Kang Sukijan juga dikenal sebagai sosok yang istiqamah dalam menjalankan tugasnya. Meskipun kualifikasinya sebagai marbot tidak sempurna, terutama dalam hal pengetahuan fiqh dan skill adzan, ketekunan dan dedikasinya tidak diragukan lagi.

“Menjadi marbot bukanlah tugas ringan. Mengumandangkan adzan lima waktu sehari semalam, menyalakan dan mematikan lampu, membersihkan masjid, dan menyiapkan peralatan ibadah adalah tanggung jawab besar,” kata KH Umar Farouq. Kang Sukijan hampir tidak pernah pergi keluar desa, apalagi keluar kota. Hanya sekali atau dua kali dia meminta izin untuk menghadiri acara keluarga.

Meskipun jarak rumahnya dengan masjid hanya sekitar 100 meter, Kang Sukijan tetap menghadapi tantangan, terutama saat musim hujan. “Saat hujan deras, angin kencang, dan listrik padam, Kang Sukijan tetap berusaha mengumandangkan adzan, meskipun suaranya bersahutan dengan petir,” kenang KH Umar Farouq.

Pengabdian Kang Sukijan tidak hanya terbatas pada tugas rutin. Dia juga terlibat dalam acara-acara besar di masjid, seperti lebaran, sedekah bumi, dan haul desa. Meskipun lelah, dia tetap setia menjalankan tugasnya, termasuk mengurus keluarga yang tidak selalu dalam kondisi baik.

Penghargaan dari LTM PBNU ini melengkapi prestasi nasional yang telah diraih Masjid Jami’ Al Ilham, seperti predikat Masjid Ramah Lingkungan dan Remaja Masjid Percontohan. “Semoga para marbot di seluruh dunia diberikan kesehatan, kekuatan, keikhlasan, dan kebahagiaan dunia dan akhirat,” harap KH Umar Farouq.

Dengan pengabdiannya yang luar biasa, Kang Sukijan tidak hanya menjadi kebanggaan warga Bakalan, tetapi juga inspirasi bagi seluruh marbot di Indonesia. Prestasinya sebagai Marbot Terlama Tingkat Nasional adalah bukti nyata dari dedikasi dan ketulusan hatinya dalam menjaga rumah Tuhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *