Serikat Petani Berharap Pemkab Pati Bikin Percontohan untuk Program 10 Ton Perhektare

Kamelan, Ketua Serikat Petani Pati. ( Jurnalis / dwi )

Pati, Pojokutara.Com – Serikat Petani Pati memberikan dukungannya terhadap langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati yang membuat kebijakan 1 hektare 10 ton padi. Meski begitu, petani berharap ada percontohan dari pemerintah, sehingga bisa memudahkan petani dalam meniru dan mengaplikasikannya.

Hal ini diungkapkan Kamelan, Ketua Serikat Petani Pati. Dirinya menyebut, kondisi tiap wilayah di Pati memiliki karakteristik yang berbeda. Hal itu  akan berdampak besar bagi hasil pertanian.

Bacaan Lainnya

“Oleh karena itu, kami berharap agar pemerintah daerah ataupun melalui Dinas Pertanian untuk membuat percontohan atau istilahnya demplot,” ujar Kamelan.

Dia berharap, lahan percontohan itu bisa dilakukan di tiap kecamatan. Sehingga perilaku untuk mencapai kesuksesan mencapai 10 ton per hektare dapat ditiru oleh para petani.

“Kami justru senang kalau memang lahan kami bisa menghasilkan 10 ton per hektare. Kalau ada contohnya, tentu akan semakin banyak ditiru oleh para petani,” ucapnya.

Lewat percontohan di tiap wilayah itu, dia berharap bisa menjadi rekomendasi bagi petani untuk menanam padi. Mulai dari pemilihan jenis benih, pupuk, hingga perilaku yang harus dilakukan.

“Tiap wilayah pasti berbeda, misalkan benih yang bisa digunakan apa, jenis pupuknya apa yang terbaik, berapa banyak, nanti saat ada hama bagaimana langkah penanggulangannya. Tentu kami perlu diarahkan dan diberi contoh. Kami tentu senang jika semua wilayah di Pati bisa menghasilkan 10 ton perhektare,” ungkapnya.

Menurut Kamelan, dalam penerapan 1 hektare 10 ton, ada sejumlah daerah yang butuh penanganan lebih. Seperti halnya di sawah tadah hujan, yang dikhawatirkan akan pasokan airnya. Akhirnya, para petani memilih untuk menanam benih varietas dengan umur tanam yang singkat.

“Namun untuk benih dengan varietas umur singkat, berbeda dengan varietas dengan umur panjang. Biasanya yang umurnya singkat, hasil produksinya lebih rendah hasilnya.Namun itu terpaksa diambil petani karena khawatir kehabisan pasokan air,” jelasnya.

Kamelan justru bersyukur, jika nantinya ada semacam hasil kajian di tiap wilayah yang dapat dijadikan rujukan petani. Kemudian, dukungan dari pemerintah daerah dalam mensukseskan progam 1 hektare 10 ton padi.

“Kami akan lebih bersyukur jika ada dukungan, misalkan bantuan benih yang sesuai dengan kondisi wilayah atau bantuan pupuk. Tapi misalkan tidak ada, yang terpenting kami diajarkan lewat PPL. Syukur-syukur dari lahan percontohan pemkab tersebut,” imbuhnya.

Selain itu, Kamelan juga berharap adanya dukungan sarana prasarana pertanian. Khususnya  kebijakan infrastruktur pengairan sawah. Baik saluran irigasi maupun embung.

“Soalnya kebutuhan air menjadi salah satu yang penting dalam mempengaruhi hasil pertanian kami. Jad kami berharap ada dukungan tidak hanya berhenti di target saja,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *